Rabu, Maret 14, 2012

Hakikat Kekuatan Tungkai

Kekuatan merupakan dasar dari kondisi fisik yang sangat berperan dalam pencapaian suatu prestasi. Hampir setiap cabang olahraga membutuhkan kekuatan dalam usaha memperoleh hasil yang lebih baik. Tentang hal ini oleh Harsono (1988:177) dijelaskan sebagai berikut:

Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting (kalau bukan yang paling penting) guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Mengapa? Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera. Ketiga, oleh karena dengan kekuatan atlet akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Adapun pengertian atau batasan dari kekuatan itu sendiri oleh Giriwijoyo (1992:65) dijelaskan, “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengembangkan tegangan maksimal tanpa memperhatikan faktor waktu.” Kemudian Harsono (1988:176) menyatakan, “Strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan.” Selanjutnya Wessel (1973:3) mengatakan, “Muscular strength in human movement is the ability to exert to overcome to resistance.”

Ajan dan Baroga (1988:19) menjelaskan, “Kekuatan merupakan kapasitas manusia untuk menahan beban dan diukur dalam kilogram.” Sugiyanto (1993:19-20) menjelaskan, “Kekuatan adalah kemampuan fisik yang dihasilkan dari kemampuan kontraksi otot dalam mengangkat atau menahan beban, semakin besar penampang otot maka makin besar pula yang bisa dihasilkan.” Lebih lanjut Ajan dan Baroga (1988:19) menjelaskan, “Kualitas kekuatan sangat bergantung pada kegiatan sistem syaraf pusat, pada potongan fisiologis otot, proses biokimia yang terjadi di dalam otot, dan juga pada pengerahan kemauan dan pemusatan konsentrasi atlet yang bersangkutan.” Aspek sistem syaraf pusat dalam hubungannya dengan kekuatan yaitu melalui rangsangan mengangkat beban maksimal, dengan mengangkat beban maksimal dalam jumlah ulangan kecil dapat merangsang kualitas kekuatan atlet. Kondisi fisiologis otot sangat berperan dalam menentukan kualitas kekuatan, dengan latihan yang teratur, kontinyu dan mengkonsumsi protein dalam masa latihan akan meningkatkan kualitas kekuatan. Mengenai aspek biokimia, kekuatan kontraksi otot tergantung dari ciri rangsangan syaraf, cara penyampaian rangsang serta kerja ATP (Adenosin Triposfat) terhadap myosin di dalam otot karena akan mempengaruhi kemampuan otot dalam bekerja. Pengerahan kemauan yang keras dan konsentrasi pada saat latihan, bertanding dan segala hal yang akan dilakukan sangat menentukan kualitas kekuatan yang dimiliki seorang atlet. Dengan demikian maka jelaslah bahwa kekuatan adalah komponen kondisi fisik dasar dan memberikan peranan yang sangat penting terhadap pencapaian suatu prestasi.

Cara yang paling berhasil dan paling populer dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan resistance exercise atau latihan-latihan tahanan, maksudnya latihan mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik beban sendiri maupun bobot lain dari luar (external resistance).

Pengembangan kualitas kekuatan yang dilakukan harus mengeluarkan suatu usaha maksimal atau hampir maksimal untuk menahan atau mengangkat beban yang ada. Demikian pula dengan beban yang diberikan harus bertambah sedikit demi sedikit agar kualitas otot dapat berkembang dengan baik (progressive resistance training).

Harsono (1986:48) mengatakan, “Latihan tahanan menurut macam kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu isotonic contraction dan isometric contraction”. Dalam isotonic contraction akan tampak suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh, hal ini disebabkan karena memanjang dan memendeknya otot tersebut, tipe kontraksi disebut juga dynamic contraction. Sedangkan isometric contraction, otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak akan tampak suatu gerakan yang nyata atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh, tipe kontraksinya disebut static contraction.

Kontraksi otot yang merupakan kombinasi dari kontraksi isotonis dan kontraksi isometris disebut kontraksi auxotonis. Ini dimungkinkan karena kontraksi manusia tidak murni isometris atau murni isotonis saja, misalnya saat mengangkat beban, otot harus meningkatkan tegangan intern (fase isometric). Baru setelah itu otot mampu melaksanakan kerja mekanis melalui pemendekan serabut-serabut ototnya (fase isotonic). Jadi tanpa melakukan fase isometris dan fase isotonis tidak dapat dilakukan. (Ajan dan Baroga, 1988:6).

Ajan dan Baroga (1988:90-93) menjelaskan bahwa latihan-latihan yang dipakai untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai di antaranya:

1. Front Squat.

2. Back Squat.

3. Jongkok dengan barbell di belakang badan, lengan lurus dekat badan.

4. Lompat maju beberapa kali dengan barbell di punggung.

5. Leg Press.

6. Toe Raises dengan barbell di punggung.

7. One-legged toe raises dari sikap duduk.

8. Fleksi paha ke arah dada dengan barbell di atas lutut.

9. Naik turun bangku dengan barbell di punggung.

Tidak ada komentar: