Rabu, Februari 20, 2013

Olahraga Gulat

Gulat tidak saja berkembang di luar negeri, tetapi telah dikenal pula sejak lama di Indonesia. Dalam dokumen Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (1985:6) dijelaskan sebagai berikut:

 
Gulat bukan barang import, dengan penelitian seperlunya ternyata ada beberapa jenis olahraga gulat tradisional, antara lain:
1.      di Aceh disebut Gedul-gedul
2.      di Tapanuli disebut Marsiranggut
3.      di Sumatera Barat disebut Bagulet
4.      di Jawa Barat disebut Beunjang
5.      di Jawa Tengah disebut Mbek-mbekan
6.      di Jawa Timur disebut Pitingan
7.      di Nusa Tenggara Barat disebut Paluru
8.      di Sulawesi Selatan disebut Silotteng
9.      di Kalimantan Selatan disebut Baguling


Dalam perkembangannya, gulat mengalami banyak perubahan. Hal ini berkaitan dengan tujuan gulat itu sendiri, yaitu yang pada awalnya merupakan bentuk adu kekuatan untuk mengalahkan lawan tanpa adanya peraturan sampai pada gulat yang dikenal sekarang sebagai olahraga beladiri yang bersifat prestasi.
Kata gulat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti, “bergolek, bergumul, bergelut.” (Poerwadarminta, 1984:331). Jadi olahraga gulat merupakan olahraga yang menuntut atlet untuk melakukan pergumulan atau pergulatan melalui penggunaan teknik-teknik dan aturan yang berlaku. Hal ini dalam Peraturan Gulat Nasional/Internasional (1998:5) dijelaskan sebagai berikut:

Gulat seperti olahraga lainnya, tunduk pada peraturan yang tertulis dalam ‘peraturan permainan’ (rules of the games) dan dalam pelaksanaannya bertujuan untuk ‘menjepit / menindih’ lawan atau untuk memenangkan pertandingan dengan angka. Peraturan-peraturan ini berlaku untuk setiap gaya yang dikenal dalam gulat modern.


Dalam olahraga gulat prestasi dikenal dua macam gaya, yaitu gaya romawi dan gaya bebas. Perbedaan kedua gaya  ini terletak pada sasaran dari suatu serangan. Hal ini dalam Peraturan Gulat Nasional/Internasional (1998:5) dijelaskan:


Dalam gulat gaya romawi, seorang pegulat dilarang keras menangkap lawan di bawah garis pinggang, atau mengkait kaki lawan atau menggunakan kaki secara aktif untuk melakukan suatu gerakan. Sedangkan dalam gulat gaya bebas, sebaliknya seorang pegulat diijinkan menangkap kaki lawan, mengkait kaki lawan dan menggunakan kaki secara aktif untuk melakukan suatu gerakan.
           
           
Dalam pertandingan gulat, dikelompokkan berdasarkan kategori umur dan berat badan. Dalam buku Peraturan Gulat Internasional yang diterjemahkan oleh Siswanto (2003:4-5) dijelaskan sebagai berikut:

            Kategori umur adalah sebagai berikut:
            Remaja: umur 14 – 15 tahun
            Kadet: umur 16 – 17 tahun
            Junior: umur 18 – 20 tahun
            Senior: umur 20 tahun ke atas
            Kategori kelas berat badan adalah sebagai berikut:

No.
Remaja
Kadet
Junior
Senior
1
29 – 32 Kg
39 – 42 Kg
46 – 50 Kg
50 – 55 Kg
2
35 Kg
46 Kg
55 Kg
60 Kg
3
38 Kg
50 Kg
60 Kg
66 Kg
4
42 Kg
54 Kg
66 Kg
74 Kg
5
47 Kg
58 Kg
74 Kg
84 Kg
6
53 Kg
63 Kg
84 Kg
96 Kg
7
59 Kg
69 Kg
96 Kg
96 – 120 Kg
8
66 Kg
76 Kg
96 – 120 Kg

9
73 Kg
85 Kg


10
73 – 85 Kg
85 – 100 Kg



Setiap pegulat bertanding atas kehendaknya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan hanya boleh bertanding pada satu kelas berat badan sesuai dengan berat badannya. Untuk kategori senior, peserta boleh memilih kelas berat badan yang satu tingkat lebih tinggi dari kelas berat badan yang sebenarnya, kecuali untuk kelas berat (120 Kg), pegulat harus mempunyai berat badan lebih dari 96 Kg.
Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang cukup diminati, baik oleh anak-anak sampai dengan orang dewasa. Gulat dapat dijadikan sebagai olahraga prestasi, pendidikan, maupun kesehatan.