Tenis lapangan
merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki beberapa keterampilan teknik
yang harus dikuasai diantaranya keterampilan pukulan forehand dan backhand
sebagai keterampilan dasar dalam olahraga tenis. Salah satu pengaturan latihan
untuk menguasai keterampilan yang komplek adalah dengan penggunaan latihan
terpusat (blocked practice). Mahendra dan Ma’mun (1998:211) menyatakan,
“Pengaturan latihan terpusat dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga
selesai sebelum berpindah ke tugas lainnya.” Kemudian Otte dan Zanic (2008) menjelaskan,
“Blocked practice sessions concentrate on one aspect of technique,
practicing it over and over again until you get it right.” Maksudnya adalah
latihan terpusat memfokuskan pada satu aspek teknik, latihan dilakukan secara
berulang-ulang sampai teknik dikuasai dengan baik. Wright dan Shea (2000) menjelaskan, “Specifically,
blocked-practice participants displayed superior performance during training.” Maksudny
adalah secara rinci peserta latihan menggunakan latihan terpusat menunjukkan pencapaian
yang tinggi selama latihan. Kemudian Bilalovic (2007) menjelaskan, “Such practice
gives learners time to concentrate on the performance of each task, so that
they can improve or if necessary, correct one skill before proceeding to the
next.” Maksudnya adalah latihan semacam itu memberi waktu kepada siswa untuk
berkonsentrasi pada pencapaian dari tiap tugas, sehingga mereka dapat
meningkatkan keterampilan yang penting sebelum meneruskan keterampilan yang
berikutnya.Ilustrasi dalam penyampaian
materi latihan pukulan forehand dan backhand dalam olahraga tenis adalah
sebagai berikut: pelatih mengambil keputusan untuk melatih kedua keterampilan
dengan cara menyuruh peserta didik melatih keterampilan pukulan forehand (tugas
A) dulu. Peserta didik disuruh menyelesaikan latihan tugas A sebanyak 50 kali
misalnya. Setelah tugas A selesai, peserta didik baru diminta untuk melatih
keterampilan pukulan backhand (tugas B). Jumlah pengulangan sama, yaitu 50
kali.Dari pengaturan seperti di atas
dapat disimpulkan bahwa pengaturan latihan melalui latihan terpusat
dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga selesai sebelum berpindah ke
tugas lainnya. Mahendra dan Ma’mun (1998:212) mengemukakan, “Latihan terpusat
banyak dipakai oleh guru atau pelatih karena dianggap memungkinkan atlet
berlatih secara terfokus, yaitu melatih satu keterampilan berulang-ulang tanpa
terganggu kegiatan lain.”
Pendekatan latihan lainnya adalah
melalui latihan acak. Latihan acak ini menghendaki peserta didik melakukan
berbagai kegiatan latihannya dalam satu waktu, tanpa dipisah-pisahkan oleh
jenis keterampilannya. Adapun ilustrasi yang dapat digambarkan adalah sebagai
berikut: Pelatih mengatur latihannya
dengan meminta atletnya agar melakukan latihan kedua jenis keterampilan secara
sekaligus dan secara berselang-seling. Setelah peserta didik melakukan pukulan forehand
satu kali berikutnya ia melakukan pukulan backhand satu kali. Pergantian jenis
pukulan ini dilakukan secara berulang, misalnya masing-masing jenis pukulan
sebanyak 50 kali, sehingga secara keseluruhan jumlah pukulan tersebut sama
dengan jumlah yang harus diselesaikan melalui latihan terpusat.Bilalovic (2007) menjelaskan, “You might be
surprised if I say that the random practice is better then the blocked
practice. But the truth is, or what researches studies indicate, that the
blocked practice produce effective performance only during initial rehearsal,
but does not create lasting learning.” Maksudnya adalah kamu mungkin terkejut jika
saya katakan bahwa latihan acak lebih baik dibandingkan latihan terpusat. Tetapi
ini adalah kebenaran, studi penelitian mengindikasikan bahwa latihan terpusat menghasilkan
pencapaian efektif hanya selama latihan awal, tetapi tidak menciptakan hasil
dalam jangka waktu yang lama.Kemudian Lee & Magill (1985) dalam Otte
dan Zanic (2008) menjelaskan bahwa, “Under random practice
conditions participants may find it more efficient, especially when the task
variations are similar, to structure all the task variations the same. This
would functionally reduce the reconstruction cost from trial to trial.” Maksudnya
adalah latihan acak lebih efesien, terutama saat variasi tugas serupa, ke
struktur semua variasi tugas yang sama. Ini secara fungsional mengurangi pemborosan
dari satu percobaan ke percobaan lainnya. Selanjutnya Wilde dan Shea (2000)
menjelaskan, “The data suggest that random practice
results in participants adopting a uniform response structure.” Maksudnya
adalah data menyatakan bahwa latihan acak mengakibatkan peserta mengadopsi
suatu struktur tanggapan yang seragam. Dalam hal ini pencapaian yang akan
diperoleh siswa relatif akan sama atau merata.