Jumat, Juli 13, 2012

Latihan Terpusat dan Latihan Acak Pada Olahraga Tenis Lapangan

           Tenis lapangan merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki beberapa keterampilan teknik yang harus dikuasai diantaranya keterampilan pukulan forehand dan backhand sebagai keterampilan dasar dalam olahraga tenis. Salah satu pengaturan latihan untuk menguasai keterampilan yang komplek adalah dengan penggunaan latihan terpusat (blocked practice). Mahendra dan Ma’mun (1998:211) menyatakan, “Pengaturan latihan terpusat dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga selesai sebelum berpindah ke tugas lainnya.” Kemudian Otte dan Zanic (2008) menjelaskan, “Blocked practice sessions concentrate on one aspect of technique, practicing it over and over again until you get it right.” Maksudnya adalah latihan terpusat memfokuskan pada satu aspek teknik, latihan dilakukan secara berulang-ulang sampai teknik dikuasai dengan baik. Wright dan Shea (2000) menjelaskan, “Specifically, blocked-practice participants displayed superior performance during training.” Maksudny adalah secara rinci peserta latihan menggunakan latihan terpusat menunjukkan pencapaian yang tinggi selama latihan. Kemudian Bilalovic (2007) menjelaskan, “Such practice gives learners time to concentrate on the performance of each task, so that they can improve or if necessary, correct one skill before proceeding to the next.” Maksudnya adalah latihan semacam itu memberi waktu kepada siswa untuk berkonsentrasi pada pencapaian dari tiap tugas, sehingga mereka dapat meningkatkan keterampilan yang penting sebelum meneruskan keterampilan yang berikutnya.Ilustrasi dalam penyampaian materi latihan pukulan forehand dan backhand dalam olahraga tenis adalah sebagai berikut: pelatih mengambil keputusan untuk melatih kedua keterampilan dengan cara menyuruh peserta didik melatih keterampilan pukulan forehand (tugas A) dulu. Peserta didik disuruh menyelesaikan latihan tugas A sebanyak 50 kali misalnya. Setelah tugas A selesai, peserta didik baru diminta untuk melatih keterampilan pukulan backhand (tugas B). Jumlah pengulangan sama, yaitu 50 kali.Dari pengaturan seperti di atas dapat disimpulkan bahwa pengaturan latihan melalui latihan terpusat dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga selesai sebelum berpindah ke tugas lainnya. Mahendra dan Ma’mun (1998:212) mengemukakan, “Latihan terpusat banyak dipakai oleh guru atau pelatih karena dianggap memungkinkan atlet berlatih secara terfokus, yaitu melatih satu keterampilan berulang-ulang tanpa terganggu kegiatan lain.”
          Pendekatan latihan lainnya adalah melalui latihan acak. Latihan acak ini menghendaki peserta didik melakukan berbagai kegiatan latihannya dalam satu waktu, tanpa dipisah-pisahkan oleh jenis keterampilannya. Adapun ilustrasi yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut: Pelatih mengatur latihannya dengan meminta atletnya agar melakukan latihan kedua jenis keterampilan secara sekaligus dan secara berselang-seling. Setelah peserta didik melakukan pukulan forehand satu kali berikutnya ia melakukan pukulan backhand satu kali. Pergantian jenis pukulan ini dilakukan secara berulang, misalnya masing-masing jenis pukulan sebanyak 50 kali, sehingga secara keseluruhan jumlah pukulan tersebut sama dengan jumlah yang harus diselesaikan melalui latihan terpusat.Bilalovic (2007) menjelaskan, “You might be surprised if I say that the random practice is better then the blocked practice. But the truth is, or what researches studies indicate, that the blocked practice produce effective performance only during initial rehearsal, but does not create lasting learning.” Maksudnya adalah kamu mungkin terkejut jika saya katakan bahwa latihan acak lebih baik dibandingkan latihan terpusat. Tetapi ini adalah kebenaran, studi penelitian mengindikasikan bahwa latihan terpusat menghasilkan pencapaian efektif hanya selama latihan awal, tetapi tidak menciptakan hasil dalam jangka waktu yang lama.Kemudian Lee & Magill (1985) dalam Otte dan Zanic (2008) menjelaskan bahwa, “Under random practice conditions participants may find it more efficient, especially when the task variations are similar, to structure all the task variations the same. This would functionally reduce the reconstruction cost from trial to trial.” Maksudnya adalah latihan acak lebih efesien, terutama saat variasi tugas serupa, ke struktur semua variasi tugas yang sama. Ini secara fungsional mengurangi pemborosan dari satu percobaan ke percobaan lainnya. Selanjutnya Wilde dan Shea (2000) menjelaskan, “The data suggest that random practice results in participants adopting a uniform response structure.” Maksudnya adalah data menyatakan bahwa latihan acak mengakibatkan peserta mengadopsi suatu struktur tanggapan yang seragam. Dalam hal ini pencapaian yang akan diperoleh siswa relatif akan sama atau merata.