Pendidikan jasmani sebagai alat pendidikan dalam pelaksanaannya
diimplementasikan melalui berbagai model diantaranya movement education,
fitness approach, dan sport education model. Masing-masing model pembelajaran
memiliki kesesuaian dengan tingkat atau jenjang pendidikan tertentu. Seperti
model movement education yang sesuai untuk kelas-kelas bawah, terutama dari
mulai TK sampai kelas 3 SD. Mengenai model-model program pendidikan jasmani di
atas, Adang Suherman (2000:41-51) menjelaskan bahwa:
a.
Movement Education (Pendidikan Gerak)
Salah satu model implementasi program pendidikan jasmani yang lebih
menekankan pada penguasaan gerak. Tujuan dari pendekatan ini terutama agar
anak:
1)
Dapat bergerak secara terampil, dapat menunjukkan aneka
ragam gerak secara efisien dan efektif pada situasi yang terencana maupun tidak
terencana
2)
Lebih menyadari akan arti dan rasa dari gerak itu
sendiri, serta menyenanginya baik sebagai pelaku maupun penonton
3)
Meningkatkan pengetahuan dan menerapkan pengetahuan
tentang gerak manusia
Aktivitas belajar yang tertuang dalam kurikulum pada model ini dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga katagori, yaitu tari (dance), senam
(gymnastics), dan permainan (games). Gaya
mengajar yang sering digunakan pada model ini adalah gaya eksplorasi, yaitu anak disuruh
bereksplorasi melakukan berbagai gerak dasar.
b.
Fitness Approach (Pendekatan Kebugaran)
Salah satu model implementasi program pendidikan jasmani yang lebih
menekankan pada peningkatan kualitas kesegaran jasmani anak didiknya. Tujuan
dari pendekatan ini terutama agar anak:
1)
Menjadi lebih segar
2)
Mengetahui dasar-dasar fisiologis kesegaran jasmani
3)
Mengetahui dan memelihara gaya hidup sehat
Dalam kurikulum model ini, unsur-unsur kesegaran jasmani merupakan isi
dari kurikulum yang dikembangkannya.
c.
Academic-Discipline Approach (Pendekatan Disiplin
Akademik)
Salah satu model implementasi program pendidikan jasmani yang lebih
menekankan pada penguasaan aspek akademis secara mendalam bagi para siswa S1
pendidikan jasmani. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah penguasaan
pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar ilmu pendidikan jasmani secara
mendalam, namun penampilan olahraga dan aktivitas fisik lainnya tetap
diberikan.
d.
Social Development Model (Model Pengembangan Sosial)
Pendekatan ini disebut juga pendekatan humanistic (humanistic education).
Cirri utamanya adalah 1) memperlakukan anak sebagai mahluk individu, 2) lebih
menekankan pada perkembangan individu dan perkembangan sosial daripada
perolehan akademis (academic achievement). Tujuan model ini adalah membantu
siswa:
1)
Mengatasi permasalahan kehidupan sosialnya dengan lebih
baik
2)
Memperoleh kehidupan pribadinya dengan lebih baik
3)
Mampu memberi kontribusi terhadap kehidupan lingkungan
sosial di sekitarnya
e.
Sport Education Model (Model Pendidikan Olahraga)
Sport Education Model merupakan model kurikulum yang dapat dikembangkan
bukan hanya di sekolah tetapi lebih luas lagi di masyarakat. Tujuan utama model
ini adalah membantu semua siswa mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang
berguna untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga serta membantu siswa untuk
menjadi olahragawan yang baik sepanjang hidupnya.
f.
Adventure Education Approach (Pendekatan Pendidikan
Petualangan)
Terdapat dua gagasan yang mendorong munculnya model ini. Pertama,
aktivitas petualangan (terutama aktivitas berbahaya di alam terbuka) mempunyai
potensi pendidikan dan potensi pegnembangan karakter. Kedua, minat masyarakat
terhadap rekreasi outdoor nampak semakin meningkat. Beberapa tujuan dari model
ini adalah sebagai berikut:
1)
Mempelajari keterampilan-keterampilan rekreasi outdoor
dan mendapatkan kepuasan dari kegiatan itu
2)
Belajar tinggal pada situasi dan kondisi yang serba
terbatas
3)
Belajar menemukan kesenangan pada saat menerima
tantangan dari kegiatan fisik yang menegangkan dan beresiko
4)
Belajar hidup mandiri pada lingkungan alami
5)
Berbagi pengalaman dan belajar hidup bersama dengan
kelompoknya
g.
Eclectic Approach (Pendekatan Eklektik)
Meskipun beberapa sekolah dapat menerapkan model-model kurikulum secara
penuh, namun sekolah-sekolah lainnya bisa saja menerapkan gabungan atau
kombinasi dari model-model itu. Penerapan model kurikulum seperti ini disebut
sebagai pendekatan eklektik (eclectic approach).
Dua diantara beberapa kemungkinan penerapannya, Pertama: masing-masing
model kurikulum dijadikan unit dari keseluruhan program pendidikan jasmani dan
bersifat wajib bagi seluruh siswa untuk mengikutinya. Kedua: masing-masing
model kurikulum ditawarkan kepada siswa dan siswa dapat memilihnya.
h.
Developmental Education (Pendidikan Pengembangan)
Model
developmental menempatkan anak sebagai pusat pertimbangan kurikulum. Pembuat
kurikulum membuat program pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan anak
didik pada saat sekarang. Model ini berusaha menciptakan kurikulum yang
holistic dan seimbang antara pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Model ini menganggap bahwa “setiap individu mempunyai irama dan
pola pertumbuhan dan perkembangan yang unik.” Oleh karena itu unit pembelajaran
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan individu.