Selasa, Mei 01, 2012

Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani sebagai alat pendidikan dalam pelaksanaannya diimplementasikan melalui berbagai model diantaranya movement education, fitness approach, dan sport education model. Masing-masing model pembelajaran memiliki kesesuaian dengan tingkat atau jenjang pendidikan tertentu. Seperti model movement education yang sesuai untuk kelas-kelas bawah, terutama dari mulai TK sampai kelas 3 SD. Mengenai model-model program pendidikan jasmani di atas, Adang Suherman (2000:41-51) menjelaskan bahwa:
a.       Movement Education (Pendidikan Gerak)
Salah satu model implementasi program pendidikan jasmani yang lebih menekankan pada penguasaan gerak. Tujuan dari pendekatan ini terutama agar anak:
1)      Dapat bergerak secara terampil, dapat menunjukkan aneka ragam gerak secara efisien dan efektif pada situasi yang terencana maupun tidak terencana
2)      Lebih menyadari akan arti dan rasa dari gerak itu sendiri, serta menyenanginya baik sebagai pelaku maupun penonton
3)      Meningkatkan pengetahuan dan menerapkan pengetahuan tentang gerak manusia
Aktivitas belajar yang tertuang dalam kurikulum pada model ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga katagori, yaitu tari (dance), senam (gymnastics), dan permainan (games). Gaya mengajar yang sering digunakan pada model ini adalah gaya eksplorasi, yaitu anak disuruh bereksplorasi melakukan berbagai gerak dasar.

b.       Fitness Approach (Pendekatan Kebugaran)
Salah satu model implementasi program pendidikan jasmani yang lebih menekankan pada peningkatan kualitas kesegaran jasmani anak didiknya. Tujuan dari pendekatan ini terutama agar anak:
1)      Menjadi lebih segar
2)      Mengetahui dasar-dasar fisiologis kesegaran jasmani
3)      Mengetahui dan memelihara gaya hidup sehat
Dalam kurikulum model ini, unsur-unsur kesegaran jasmani merupakan isi dari kurikulum yang dikembangkannya.

c.       Academic-Discipline Approach (Pendekatan Disiplin Akademik)
Salah satu model implementasi program pendidikan jasmani yang lebih menekankan pada penguasaan aspek akademis secara mendalam bagi para siswa S1 pendidikan jasmani. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah penguasaan pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar ilmu pendidikan jasmani secara mendalam, namun penampilan olahraga dan aktivitas fisik lainnya tetap diberikan.

d.      Social Development Model (Model Pengembangan Sosial)
Pendekatan ini disebut juga pendekatan humanistic (humanistic education). Cirri utamanya adalah 1) memperlakukan anak sebagai mahluk individu, 2) lebih menekankan pada perkembangan individu dan perkembangan sosial daripada perolehan akademis (academic achievement). Tujuan model ini adalah membantu siswa:
1)      Mengatasi permasalahan kehidupan sosialnya dengan lebih baik
2)      Memperoleh kehidupan pribadinya dengan lebih baik
3)      Mampu memberi kontribusi terhadap kehidupan lingkungan sosial di sekitarnya

e.       Sport Education Model (Model Pendidikan Olahraga)
Sport Education Model merupakan model kurikulum yang dapat dikembangkan bukan hanya di sekolah tetapi lebih luas lagi di masyarakat. Tujuan utama model ini adalah membantu semua siswa mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang berguna untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga serta membantu siswa untuk menjadi olahragawan yang baik sepanjang hidupnya.

f.        Adventure Education Approach (Pendekatan Pendidikan Petualangan)
Terdapat dua gagasan yang mendorong munculnya model ini. Pertama, aktivitas petualangan (terutama aktivitas berbahaya di alam terbuka) mempunyai potensi pendidikan dan potensi pegnembangan karakter. Kedua, minat masyarakat terhadap rekreasi outdoor nampak semakin meningkat. Beberapa tujuan dari model ini adalah sebagai berikut:
1)      Mempelajari keterampilan-keterampilan rekreasi outdoor dan mendapatkan kepuasan dari kegiatan itu
2)      Belajar tinggal pada situasi dan kondisi yang serba terbatas
3)      Belajar menemukan kesenangan pada saat menerima tantangan dari kegiatan fisik yang menegangkan dan beresiko
4)      Belajar hidup mandiri pada lingkungan alami
5)      Berbagi pengalaman dan belajar hidup bersama dengan kelompoknya

g.       Eclectic Approach (Pendekatan Eklektik)
Meskipun beberapa sekolah dapat menerapkan model-model kurikulum secara penuh, namun sekolah-sekolah lainnya bisa saja menerapkan gabungan atau kombinasi dari model-model itu. Penerapan model kurikulum seperti ini disebut sebagai pendekatan eklektik (eclectic approach).
Dua diantara beberapa kemungkinan penerapannya, Pertama: masing-masing model kurikulum dijadikan unit dari keseluruhan program pendidikan jasmani dan bersifat wajib bagi seluruh siswa untuk mengikutinya. Kedua: masing-masing model kurikulum ditawarkan kepada siswa dan siswa dapat memilihnya.

h.       Developmental Education (Pendidikan Pengembangan)
Model developmental menempatkan anak sebagai pusat pertimbangan kurikulum. Pembuat kurikulum membuat program pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik pada saat sekarang. Model ini berusaha menciptakan kurikulum yang holistic dan seimbang antara pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Model ini menganggap bahwa “setiap individu mempunyai irama dan pola pertumbuhan dan perkembangan yang unik.” Oleh karena itu unit pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan individu.